Pages

Lorem ipsum dolor sit amet

Etiam sit amet turpis. Duis nulla diam, posuere ac, varius id, ullamcorper sit amet, libero. Nam sodales, pede vel dapibus lobortis, ipsum diam molestie risus, a vulputate risus nisl pulvinar lacus.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Nurul Ihsan Edisi 001 : 10-12-2010


Napak Tilas Hijrah Nabi Muhammad saw

Stamina Perjuangan حَيَوِيَّةُ الْكِفَاحِ

Kini, lebih dari seperempat abad telah berlalu. Hasilnya? Sungguh mengagumkan. Kesadaran kembali ke pangkuan ajaran Islam telah menjadi fenomena umum. Dorongan untuk menjadikan ajaran syari’at islam sebagai pemandu semakin laju bersama denyut nadi kehidupan sehari-hari. Generasi kita semakin gigih mengkaji islam, semakin kritis menyoroti segala penyimpangan, dan tengah berusaha keras memahami solusi-solusi yang diberikan Islam untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan di era modern, dengan keyakinan penuh bahwa islam-lah jawabannya, al-islamu huwal-hall.
Para pionir kebangkitan islam banyak yang sudah kembali ke alam keabadian, sebagai orang-orang yang jujur, syuhada dan shalihin. Selanjutnya, tanggung jawab itu telah berpindah di atas pundak kita. Maka dari itu, kita membutuhkan stamina perjuangan yang memadai. Yaitu dengan nutrisi ilmu, ruhiyah dan amal shalih dipandu perencanaan yang matang serta gerakan (harokah) terkordinir yang simultan.  Patutlah kita renungkan firman Allah berikut:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Diantara orang-orang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang telah gugur /syahid dan diantara mereka ada pula yang menunggu dan mereka tidak sedikitpun merubah janjinya” Qs. Al-ahzab: 23

Grand Design Da’wah  (اَلتَّخْطِيْطُ الْعَامُّ لِلدَعْوَةِ)
Peristiwa hijrah di zaman nabi Muhammad saw bukanlah peristiwa tiba-tiba melainkan merupakan bagian dari rencana besar (Grand Design) dalam strategi da’wah. Bermula dari umur 40 tahun saat pertama kali menerima wahyu dari Allah dan dipilih menjadi seorang rasul dan berakhir pada umur 63 tahun saat beliau kembali ke haribaan Allah. Dengan demikian, maka beliau mengemban tugas da’wah selama 23 tahun dan berhasil menuntaskannya dengan sempurna. Da’wah beliau telah berhasil mengubah  dari umat jahiliyah menjadi umat tauhid, dari umat cerai berai menjadi bersatu, dari umat lemah menjadi kuat, umat hina menjadi mulia, umat miskin menjadi kaya, dan dari umat sesat menjadi guru dunia
Singkatnya, menjadi umat terbaik (khaira ummah) yang hadir di tengah percaturan global dengan misi menyeru kepada kebajikan, mencegah kemungkaran yang dibangun di atas pondasi keimanan. Allah swt berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Adalah kalian itu sebaik-baik umat; memerintahkan kebaikan,  mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”(Qs. 3: 110)

Secara garis besar, tahapan da’wah Nabi saw dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum Hijrah / Periode Makkah (13 Th):
1.      Dakwah secara rahasia / Sirriyyah (3 Th) اَلدَّعْوَةُ السِّريِّةُ
Rasulullah saw mengawali da’wahnya secara rahasia. Beliau mengajak orang-orang yang memiliki kedekatan keluarga, kedekatan persahabatan dan orang yang beliau kenal memiliki potensi menerima da’wah, atau setidaknya kalau toh menolak tidak menjadi gangguan bagi da’wah.
Orang-orang yang pertama beriman pada tahapan ini adalah Khadijah ra, Abu Bakr Siddiq, Ali Bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Bilal bin Rabah. Khadijah lalu berda’wah di kalangan kaum wanita, Abu Bakr berda’wah di kalangan para tokoh dari kelas sosial menengah ke atas, Ali bin Abi Thalib berda’wah di kalangan remaja, sedangkan Zaid dan Bilal di kalangan para budak sahaya. Jadi, da’wah Islam bukan untuk kelas masyarakat tertentu, bukan pula untuk membenturkan antara kaum miskin dan kaum kaya. Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan da’wah. Inilah hakikat dakwah yang tidak boleh dilupakan.
Hingga berakhirnya tahapan da’wah secara rahasia ini, ada 40 hingga 50 orang yang memeluk Islam. Mereka mendapat pembinaan  (tarbiyah) dari rasulullah saw secara rutin di rumah Al-arqam untuk menguatkan keimanan dan penataan amal da’wah. Tahapan ini berakhir dengan masuk Islamnya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abi Thalib.

2.      Dakwah secara terbuka / Jahriyyah (7 Th)      اَلدَّعْوَةُ الُجَهْرِيَّةُ
Tahapan da’wah secara terang-terangan dimulai setelah turunnya ayat:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka serukanlah apa yang diperintahkan kepadamu dengan terang-terangan; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”Qs. 15:94
Kaum muslimin mulai dihadapkan pada tantangan dan ujian. Kaum musyrikin Makkah tidak segan-segan melakukan intimidasi dan penyiksaan terhadap orang-orang Islam yang tidak memiliki pembela dari keluarganya.  Bilal disiksa oleh Umayyah dengan cambuk dan ditelentangkan di tengah gurun sahara di bawah terik panas matahari dengan batu besar diletakkan di atas dadanya. Khabbab bin Aratt dibakar punggungnya,  Nabi saw sedang shalat dicekik lehernya, sedang sujud ditimpa kotoran onta dipungguhnya, sedang berjalan dilempar tanah dan debu, disamping cercaan dan cacian. Bahkan pasangan suami istri - Sumayyah dan Yasir- gugur sebagai syuhada karena disiksa.
Walaupun menghadapi ujian berat, tak ada satupun yang murtad berpaling meninggalkan agamanya. Selanjutnya Rasulullah saw menganjurkan sebagian para sahabat berhijrah ke negeri Habasyah (Etiopia), dan tercatat dua kali keberangkatan rombongan hijrah ke Habasyah. Negeri ini dipilih oleh nabi saw sebagai tempat hijrah karena rajanya - yaitu raja najasyi - dikenal adil dan tidak berlaku zhalim terhadap orang yang ada di bawah kepemimpinannya. Najasyi pun akhirnya masuk islam setelah mendapat paparan da’wah.
Para sahabat yang hijrah ke Habasyah tersebut, nantinya baru bisa bertemu kembali dengan rasulullah saw pada tahun ke 6 setelah hijrah. 

3.      Merintis Tegaknya Negara (3 Th)  إِقَامَةُ الَّدوْلَةِ
Pada tahun ke 10 setelah kenabian, Abu thalib dan Khadijah ra wafat. Maka tantangan yang dihadapi nabi semakin berat. Beliau lalu mencari lahan da’wah di luar Makkah. Lalu berangkatlah ke Thaif bersama Zaid bin haritsah. Namun apa mau dikata, ternyata perlakuan penduduk Thaif terhadap nabi saw lebih sadis dibanding kaum Quraisy. Akhirnya beliau pulang berdarah-darah karena lemparan batu orang-orang yang dihasut para pemukanya.
Musim haji pun datang. Nabi mulai menyampaikan da’wahnya kepada kabilah-kabilah yang datang ke Makkah di musim haji. Pada tahun 11 setelah kenabian, masuk islam-lah 6 orang dari Yatsrib (nama Madinah sebelum hijrah). Lalu pada musim haji berikutnya yakni pada tahun 12 setelah kenabian, jumlah mereka menjadi 12 datang menemui nabi sebagai orang-orang yang telah beriman. Ketika mereka kembali ke Madinah, nabi menyertakan sahabat Mush’ab bin Umair yang mendapat tugas  membimbing mereka dalam berislam.
Da’wah Islam yang dipimpin oleh Mush’ab berhasil masuk ke setiap rumah di Madinah. Maka pada musim haji tahun berikutnya, yakni tahun ke 13 setelah kenabian, rombongan dari Madinah bertambah menjadi  75 orang datang ke Makkah menemui nabi dan berjanji akan membela nabi seperti mereka membela anak dan istri mereka jika nabi hijrah / pindah ke Madinah. Seperti itulah peristiwa hijrah dipersiapkan dengan matang. 

Setelah Hijrah / Periode Madinah (10 Th):
4.      Mengokohkan Pilar-pilar Negara Madinah (6 Th)تَثْبِيْتُ دَعَائِمِ الدَْوْلَةِ
Setiba nabi di Madinah, kaum muslimin telah memiliki basis geografis (wilayah Madinah) dan basis demografis (kaum Muhajirin dan Anshar). Selanjutnya nabi membuat perjanjian dengan kaum musyrikin dan kaum Yahudi, perjanjian tersebut lalu lazim disebut dengan Piagam Madinah. Maka terbentuklah negara Madinah, dan nabi sebagai kepala negaranya.
Dalam rentang waktu enam tahun sejak hijrah, pilar-pilar negara Madinah dikokohkan menghadapi serangan-serangan musuh. Pada tahun ke 2 terjadi perang Badr, dan pada tahun berikutnya perang Uhud. Makar orang-orang Munafik Madinah, Yahudi Bani Qainuqa’, bani Nadhir dan bani Quraizhah  datang bertubi-tubi hingga terjadinya perang Khandaq atau perang ahzab dimana Madinah dikepung pasukan sekutu yang terdiri dari musyrikin quraisy, bani ghathafan, orang-orang yahudi dan kaum badui di luar madinah serta yahudi bani quraizhah dari dalam Madinah.
Fase ini berakhir dengan disepakatinya perjanjian Hudaibiah antara nabi (negara Madinah) dan musyrikin Quraisy (negara Makkah) yang memuat gencatan senjata / hubungan damai selama 10 tahun.  Selanjutnya pasukan Islam menuju dan menaklukkan Khaibar, benteng terakhir kaum yahudi yang menjadi pusat makar dan konspirasi. Usai penaklukan Khaibar, rombongan para sahabat yang tinggal di Habasyah datang. Maka bersatulah kegembiraan dengan penaklukan Khaibar dan kedatangan rombongan pimpinan Ja’far bin Abi Thalib tersebut.
5.      Menyebarkan Islam ke Segala Penjuru (4 Th)نَشْرُ الْإِسْلاَمِ فِي الْعَالَمِ
Tibalah saatnya menyebarakan Islam ke seluruh penjuru dunia. Nabi mengirim para utusan membawa surat da’wah kepada Hiraclius kaisar Romawi, raja Persia, dan para raja lainnya yang bisa dijangkau oleh sarana transportasi waktu itu.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan tidaklah Aku mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Akan tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui”Qs. 34: 28
Semakin sempurna penyebaran da’wah Islam setelah ditaklukkannya Makkah oleh kaum muslimin kaum Quraisy. Orang-orangpun berbondong-bondong masuk Islam seperti disebutkan dalam surat an-nashr. 

Pelajaran dari Hijrahدُرُوْسٌ مِنَ الْهِجْرَةِ
Walaupun hijrah dari Makkah ke Madinah tidak diperlukan lagi setelah Makkah menjadi wilayah kaum muslimin. Akan tetapi esensi dan semangat hijrah selalu diperlukan dalam perjuangan menegakkan kebanaran. Hijrah mengajarkan kepada kita arti pentingnya perencanaan, strategi dan kegigihan disertai keyakinan penuh bahwa Allah pasti menolong hambaNya yang menolong agamaNya. Hijrah juga mengajarkan kita pentingnya pembinanan yang berkelanjutan dan terkordinir dengan baik, sehingga tidak semua beban terpikul di pundak satu dua orang saja yang mengakibatkan kelambanan bahkan kemandegan, melainkan terdistribusikan kepada mereka yang telah terbina. 

Sebelum hijrah, nabi saw menghadapi tantangan dengan hujjah dan argumentasi. Sedangkan setelah hijrah, nabi saw menghadapi lisan dengan lisan, menghadapi hujjah dengan hujjah, menghadapi kekuatan dengan kekuatan, menghadapi sistem dengan sistem dan menghadapi budaya dengan budaya pula. Ya, para pemuja kebatilan tidak pernah menghadiahkan tegaknya kebenaran dengan suka rela.
Cilacap, 10-10-2010



0 komentar:

Posting Komentar